Sabtu, 24 September 2011

* new media *


Kata media berasal dari bahasa latin yang memiliki arti sebagai perantara sebuah informasi dengan penerima informasi. Yang artinya New Media secara bahasa dapat berarti “perantara baru”. Istilah New Media sebenarnya baru muncul di akhir abad ke 20, digunakan untuk menyebut media baru yang menggabungkan berbagai media konvensional di Internet. Teknologi yang digambarkan sebagai New Media mempunyai ciri digital, sering mempunyai karakteristik dimanipulasi, melalui jaringan, padat, kompresibel, interaktif dan tidak memihak.

Untuk lebih lengkapnya, coba kita lihat definisi  media baru menurut wikipedia:
“New media is a term meant to encompass the emergence of digital, computerized, or networked information and communication technologies in the later part of the 20th century. Most technologies described as “new media” are digital, often having characteristics of being manipulated, networkable, dense, compressible, interactive and impartial. Some examples may be the Internet, websites, computer multimedia, computer games, CD-ROMS, and DVDs. New media is not television programs, feature films, magazines, books, or paper-based publications.
( Media baru adalah istilah yang dimaksudkan untuk mencakup kemunculan digital, komputer, atau jaringan teknologi informasi dan komunikasi di akhir abad ke-20. Sebagian besar teknologi yang digambarkan sebagai “media baru” adalah digital, seringkali memiliki karakteristik dapat dimanipulasi, bersifat jaringan, padat, mampat, interaktif dan tidak memihak. Beberapa contoh dapat Internet, website, komputer multimedia, permainan komputer, CD-ROMS, dan DVD. Media baru bukanlah televisi, film, majalah, buku, atau publikasi berbasis kertas.)
Update 8 Maret 2011
Dalam perkembangannya, media komunikasi mengalami beberapa fase perkembangan. Everett M. Rogers (dalam Abrar, 2003:17-18) merangkum perkembangan tersebut ke dalam empat era komunikasi. Pertama, era komunikasi tulisan sejak 4.000 SM hingga sekarang. Kedua, era komunikasi cetak dari 1456 saat Gutenberg menemukan mesin cetak hingga sekarang. Ketiga, era telekomunikasi, dari 1844 hingga sekarang. Dan keempat, era komunikasi interaktif dari 1946 hingga saat ini.


Media baru adalah media yang berkembang pada era komunikasi interaktif. Secara karakteristik, media baru adalah media yang baru sama sekali sebagai bagian dari lompatan sejarah umat manusia seperti yang pernah terjadi pada kelahiran mesin cetak[1]. Akan tetapi seperti sebuah alat transportasi, kehadiran media baru tidak serta merta menghapus penggunaan media cetak, telekomunikasi maupun interpersonal.
Para peneliti media baru memiliki beragam definisi tentang media baru, yang tergantung sudut pandangnya, seperti teknologi, ekonomi, ataupun perilaku (psikologi). Akan tetapi, sebagian besar definisi tersebut memang berkutat dari sudut teknologi. Ron Rice misalnya, mendefinisikan media baru sebagai teknologi komunikasi yang melibatkan komputer di dalamnya (baik mainframe, PC maupun notebook) yang memfasilitasi penggunanya untuk berinteraksi antar sesama pengguna ataupun dengan informasi yang diinginkannya[2].
Atau menurut McQuail[3], media baru adalah tempat dimana saluran pesan komunikasi terdesentralisasi; distribusi pesan lewat satelite meningkat penggunaan jaringan kabel dan komputer; keterlibatan audiens dalam proses komunikasi yang semakin meningkat; semakin seringnya terjadi komunikasi interaktif (dua sisi); dan juga meningkatnya derajat fleksibilitas untuk menentukan bentuk dan konten melalui digitalisasi dari pesan.
Produk dari media baru sangat identik dengan beberapa teknologi baru seperti CD/DVD-ROM, televisi kabel, jaringan komputer (internet maupun LAN) dan berbagai turunan dari internet (milis, chat, web, email, newsgroup, dsb). Akan tetapi, sebagai produk perkembangan teknologi tentu ada kelebihan sekaligus kekurangan dari media baru dibandingkan media interpersonal ataupun media massa[4]. Media interpersonal misalnya, hanya dapat mengkomunikasikan hanya satu pesan unik pada satu orang. Sedang, media massa dapat mengkomunikasikan pesan secara massal, dengan pesan yang seragam untuk semua penerimanya. Kedua hal inilah yang dibongkar pada era media baru, karena dengan media baru seorang komunikator; Pertama, dapat berkomunikasi secara interpersonal terhadap sebuah pesan yang unik untuk banyak orang pada satu waktu. Kedua, dapat berkomunikasi dengan banyak orang dengan isi pesan yang unik untuk setiap orang.
Adapun ciri-ciri media baru adalah sebagai berikut[5]:
1.             Pesan individual dapat dikirimkan ke sejumlah orang yang tak terbatas, secara bersamaan, dan
2.             Setiap orang yang terlibat dalam suatu isi media dapat mengontrol timbal balik atas konten tersebut.
Hadirnya media baru secara konsekuensi membuatnya berbeda dengan sistem media massa, proses komunikasi massa maupun massa audiens yang telah ada sebelumnya. Setidaknya ada dua konsekuensi yang timbul dari hadirnya media, yaitu ubiquitas dan interaktivitas[6].
Ubiquitas (ubiquity), menurut McLuhan adalah kenyataan bahwa teknologi yang dibawa oleh media baru mempengaruhi setiap orang di masyarakat di mana mereka bertempat tinggal, walau tentunya tidak semua orang di tempat tersebut benar-benar menggunakan teknologi tersebut. Kemajuan teknologi perbankan, sistem militer, pendidikan sampai transportasi hari ini tentu tidak bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi komunikasi berbasis komputer (ICT) yang telah berkembang.
Sedangkan, interaktivitas (interactivity) bermakna hadirnya media baru membuat para penggunannya secara otonom dapat menyeleksi dari mana saja sumber informasi yang akan dia pilih dan juga dengan siapa saja dia akan berinteraksi langsung. Bahkan pengguna media baru juga dapat membuat content tersendiri untuk kemudian dibagikan ke khalayak ramai. Dalam berbagai hal, seperti kehadiran sosial (social presence) dan kesegeraan dalam melontarkan tanggapan balik, media baru secara substantif benar-benar menawarkan pengalaman yang amat berbeda ketimbang media massa sebelumnya. Walaupun tentu di sana ada debat yang berkepanjangan tentang kualitas interaksi interpersonal yang mampu dihadirkan oleh media baru.
Kesemua konsekuensi yang lahir dari media baru sejalan dengan tesis technological determinism yang melihat bahwa teknologi secara tidak terelakkan mendorong manusia untuk melakukan tindakan dan juga perubahan sosial.
[1] Vin Crosbie. 2002. What is New Media?. Diakses pada 28 Juli 2010. Terarsip di http://www.sociology.org.uk/as4mm3a.doc
[2] Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone. 2006. Introduction to the Updated Student Edition. Dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed.). The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd. Halaman 21.
[3] Nicholas W. Jankowski. 2006. Creating Community with Media. Dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed.). The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd. Halaman 56.
[4] Vin Crossbie. Ibid.
[5] Vin Crosbie. Ibid.
[6] Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone. 2006. Introduction to the Updated Student Edition. Dalam Leah A. Liverouw dan Sonia Livingstone (Ed.). The Handbook of New Media. London: Sage Publications Ltd. Halaman 6-7.
_ Dhinar Pratiwi Supriatna (51410936) _

Tidak ada komentar:

Posting Komentar