Selasa, 24 Mei 2011

Rangkuman antara Manusia dengan Pandangan Hidup dan antara Manusia dengan Tanggung Jawab

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati, Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan,, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul sekita atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu lama dan terus-menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
(A) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya artinya pandang hidup yang berasal dari kitab suatu agama.
Al-quran pada islam dsb.

(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut, seperti ideologi kasta di bali.

(C) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
artinya pandangan hidup ini cukup rumit, karena menggunakan ideologi filsafat dan mencari keenaran yang sebenar-benarnya atau kebenaran yang hakiki.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu;
Cita-cita
Kebajikan
Usaha
Keyakinan / kepercayaan
Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan . cita-cita aialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tenteram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
Cara manusia memandang dan mensikapi apa yang terdapat dalam alam semesta bersumber dari beberapa faktor yang dominan dalam kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal dari kebudayaan, filsafat, agama, kepercayaan, tata nilai masyarakat atau lainnya. Luasnya spektrum pandangan manusia tergantung kepada faktor dominan yang mempengaruhinya. Cara pandang yang bersumber pada kebudayaan memiliki spektrum yang terbatas pada bidang-bidang tertentu dalam kebudayaan itu.
MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB
        Setiap proses tentunya terikat oleh ruang dan waktu. Ruang di sini adalah  kondisi dimana terjadi,
penciptaan proses, bentuk proses, cara berproses, dan apa yang diharapkan dari proses itu sendiri. Maksudnya setiap proses yang ada melibatkan hal-hal diatas,sehingga proses yang berjalan dilalui secara objektif, dalam artian memasuki
wilayah yang rasional, sebagai bentuk lain dari hubungan kausalitas – sebab dan akibat. Keterikatan proses dengan waktu juga nampak jelas, sebab proses pada akhirnya akan menuju pada cita-cita ideal sebagaimana ketika proses itu
diciptakan. Artinya, suatu saat proses tersebut akan berhenti, sebagai tuntutan dari pertanyaan mengenai berhasil atau tidaknya proses yang dijalani. Sehingga jika proses tersebut dinilai kurang, maka akan menjadi bahan evaluasi yang harus
dilakukan sesegera mungkin. 

          Kaitannya dengan tanggung jawab adalah bahwa tanggung jawab, sebagaimana hal ini juga ingin kita tujukan kepada diri kita sendiri disamping kepada anak-anak, tentunya terjadi jika melalui suatu proses tertentu. Proses disini  adalah sebuah peristiwa yang tercipta lewat upaya sadar dengan tujuan keinginan menuai hasil secara baik dari misi yang kita tanamkan sebelumnya. Dan proses tersebut  merupakan rangkaian yang
saling berkaitan serta membutuhkan perjalanan yang cukup panjang. Akan tetapi,keikatan waktu pada akhirnya yang membatasinya, artinya perlu ada satu standar yang dapat dijadikan patokan untuk menilai hasil dari proses penanaman tanggung jawab selama proses tersebut berlangsung.


Pengertian Tanggung Jawab

          Tanggung jawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia W. J. S.Poerwadarminta adalah “keadaan wajib menanggung segala sesuatunya” artinya jika ada sesuatu hal, boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya. Tanggung jawab ini pula memiliki arti yang lebih jauh bila memakai imbuhan, contohnya ber-,  bertanggung jawab dalam kamus tersebut diartikan dengan “suatu sikap seseorang yang secara sadar dan berani mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya”. Dalam artian lain, tanggung jawab
meminjam istilahnya Bung Hatta adalah integritas individual. 

          Perlu menjadi perhatian utama, adalah bagaimana membentuk pola piker anak  agar pada suatu saatnya nanti mampu memiliki integritas – tanggung jawab – baik itu secara pribadi maupun dalam  kehidupan kolektif, sebagaimana hal itu tercantum dalam definisi di atas. Dengan kata lain, tanggung jawab yang dimaksudkan disini adalah suatu investasi yang tak ternilai harganya, yang ditanamkan pada seorang anak demi masa depannya kelak.
          Dan penanaman tanggung jawab itu sendiri hanya dapat tercapai jika dijalani lewat proses pendidikan. Pendidikan disini bukanlah pendidikan sebagaimana pandangan konvensional yang mengatakan bahwa mendidik adalah urusan sekolah
(institusi). Akan tetapi pendidikan yang saya maksudkan adalah pendidikan yang sebenar-benar pendidikan, yaitu pendidikan yang dilalui sepanjang hayat, yang dilakukan oleh orang tua semenjak kehadiran anak didunia, melalui transmisi
kasih sayang, kepedulian, kepercayaan, emphatic dan kesinambungan serta pengarahan secara spiritual.

          Dengan demikian Humanisasi menjadi kenyataan, yaitu penciptaan iklim mendidik anak untuk menjadi manusia yang berbudi, memiliki jiwa, merdeka, mampu menghargai dirinya,dan mampu pula untuk memaknai akan makna penciptaannya didunia. Artinya pendidikan yang dimaksudkan disini tak lain merupakan suatu upaya memanusiakan manusia, dan tanggung jawab merupakan salah satu indikator keberhasilannya memulai dari dalam baru keluar.

          Cara berbicara, maka kita memasuki wilayah epistemologis, tentang bagaimana sesuatu itu memiliki metode, cara dan bagaimana proses dari bentuk itu bekerja. Tanggung jawab yang menjadi indikator keberhasilan dari proses pendidikan disini, tentunya tak terlepas dari kesadaran kita untuk mencoba
memaknai wilayah ontologisnya terlebih dahulu sebelum bermuara pada tataran aksiologisnya.

          Dengan kesungguhan dan kerja keras dari orang tua dalam menanamkan terlebih memberikan contoh tanggung jawab, bukan tidak mungkin proses yang terikat pada waktu pada akhirnya bermuara pada kebahagiaan, baik itu kebahagiaan orang tuanya maupun anaknya sendiri. Ada beberapa contoh konsep yang patut diterapkan didalam memaknai dan mengimplementasikan bagaimana menanamkan tanggung jawab sekaligus bagaimana membuat model tanggung jawab itu sendiri bagi anak.

          Pertama adalah memulai dari dalam jadilah tindakan itu sendiri dan jangan jadi sasaran tindalan. Konsep ini dicetuskan oleh maestro 7 Habbits Of Highly Effective People.
Maksudnya, adalah bahwa orang tua selaku komponen yang paling vital dalam hal ini, dituntut bertindak terlebih dahulu sebelum menuntut sesuatu dari anak. Memulai dari dalam sebelum keluar, adalah membersikan diri terlebih dahulu
sebelum membersihkan hal yang berada diluar, menanamkan tanggung jawab, mengiklaskan hati, dan menjadikan model dirinya bagi anak-anaknya. Sebab menurut satu penelitian, bahwa kekuatan yang terpancar secara kuat dari dasar
hati, akan memberikan energi positif, dalam hal ini kepada anak-anaknya.
Contohnya
adalah paradgima, jika paradigma orang tua berubah dari tidak percaya kepada anak, menjadi percaya dan mampu memberikan pengakuan bahwa seorang anak itu memiliki harga dalam hidup, maka niscaya anak tersebut akan ebrbuat sebagaimana
paradigma tersebut. hal ini dibuktikan Covey kepada anaknya, dari semula berpandangan negatif menjadi energi positif berupa kepercayaan, alhasil banyak hal spektakuler yang dilakukan anaknya (padahal konon anak tersebut sebelumnya
memilki latar belakang sosial yang sangat miskin).

          Kedua adalah mengubah konsep kebergantungan menuju kemandirian. Konsep ini secara implisit dipraktekan Rasul baik itu kepada anak-anaknya maupun kepada cucu-cucunya.  Ketika Rasul beraktifitas dalam Da’wah kasih
sayangnya selalu tercurah kepada cucu-cucu maupun kepada anaknya. Ia begitu menyayangi anak-anak, sampai-sampai Fathimah putrinya, selalu ia bela dan ia sanjung-sanjung di depan orang, demikian pula dengan Husein cucunya, bahkan ia
selalu menggendongnya dalam sholat. Akan tetapi semua unsur kasih saying tersebut, tidak membuat Rasul lupa, bahwa keadilan harus tetap menjadi pendidikan utama bagi perkembangan jiwa anak. Hal ini dibuktikannya ketika ia
berkata, jika putriku sendiri yang mencuri maka akulah orang pertama yang akan memotong tangannya. Dari hal ini terpancar kearifan jiwa Rasul, ia begitu menyayangi anak-anak, dengan cara menanamkan mereka kemandirian bukan kemanjaan
yang tak beralasan.
          Oleh karena itu, investasi
terbesar dari orang tua bagi mereka adalah kepercayaan, harga diri, tanggungjawab, respect, nilai-nilai budaya dan spiritual serta rasa memiliki diri sendiri. Ibarat busur, mereka adalah
panah yang jauh melesat ke masa depan. Siapkan pendidikan yang tepat bagi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar